Rabu, 28 Januari 2015

masalah pendidikan di indonesi

                                                      MAKALAH PERMASALAHAN PENDIDIKAN
(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu pendidikan)

Oleh :
Fathur Rozi (3601414027)








UNIVERSITAS NEGRI SEMARANG
2014






Kata Pengantar


Puji syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Permasalahan Pendidikan”. Kami membuat makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu pendidikan.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.





                                                                                Semarang, 14 Nopember 2014


Penyusun








BAB I
PENDAHULUAN


1.1     Latarbelakang Masalah
Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di  Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan paran pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi parasiswa.

1.2      Rumusan Masalah

1.       Apa yang tantangan kecenderungan global dan nasional pendidikan di Indonesia?
2.      Bagaimana permasalahan pokok pendidikan di Indonesia?
3.      Apa keterkaitan antara permasalahan pendidikan dengan kebijakan pendidikan?



1.3     Tujuan

1. Menjelaskan tantangan kecenderungan global dan nasional pendidikan di Indonesia.
2.  Menjelaskan permasalahan pendidikan pokok di Indonesia.
3. Menjelaskan keterkaitan antara permasalahan pendidikan dengan kebijakan pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1.    Tantangan-tantangan Pendidikan Indonesia
1. Tantangan Kecenderungan Global.
Menjelang dua puluh lima tahun usia kita dalam pembangunan nasional khususnya dalam sektor pendidikan telah membuahkan banyak hasil yang membesarkan hati di samping banyak masalah masalah yang muncul akibat keberhasilan yang di capai itu. Keberhasilan sejak pelita I jumlah murid SD berlipat hamper dua kali, SLTP berlipat tiga kali, SLTA berlipat 4,7 kali dan mahasiswa hamper enam kali lipat jumlahnya.
Pada abad yang penuh tantangan ini, dunia akan di tandai dengan beberapa perubahan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Dari beberapa pengalaman dan perkiraan, telah diketahui bahwa perubahan masyarakat  pertanian dan perikanan telah  ke masyarakat industry dan pasca industry dan selanjutnaya ke masyarakat informasi. Industri industry manufaktur telah menggantikan industry tradisional, sehingga dapat pula dirasakan berbagai perubahan dari hal tersebut yang membuat masyarakat berubah menjadi masyarakat modern.
Dibandingkan dengan negara berkembang seperti Indonesia ini, mereka negara industri memiliki ciri ciri yang lebih baik. Dapat dilihat dari kualitas melek huruf masyarakatnya, pendidikan masyarakatnya, partisipasi masyarakat di dalamnya dan berbagai macam aspek lainya,yang tentunya tidak serendah masyarakat di negara berkembang. Menurut Tilaar (1991) menemukakan bahwa tingkat partisipasi  untuk pendidikan menengah dan pendidikan tinggi di Negara Negara maju pada saat tinggal landas sudah mencapai 30 persen. Sedangkan di Negara berkembang hanya berkisar 15 persen.
2. Tantangan Kecenderungan Nasional
Indonesia akan mengalami perubahan yang sangat mendasar  dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam abad 21 pertumbuhan penduduk di Indonesia akan terus menurun. Dari data yang tersedia di BPS antara kurun waktu 1990-1995 pertumbuhanya masih tetap tinggi yaitu 1,7 persen per tahun. Dan akan terus menurun pada 2015-2020 sampai 1,0 persen .  Pertumbuhan penduduk yang relative masih tinggi ini masih akan menjadi beban yang menimbulkan hambatan bagi pertumbuhan ekonomi.
Pergeseran susunan umur penduduk Indonesia yang hanya memerlukan waktu 25-30 tahun mendorong penyesuaian sasaran strategis. Separuh waktu dan kurun waktu pembangunan  nasional jangka panjang kedua harus ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan pemuda dan mereka yang termasuk usia produktif, dalam hal ini kesempatan pendidikan dan kesempatan kerja harus mendapat prioritas utama. Penduduk kelompok usia 13-18 tahun akan terus membengkak dan arah pembangunan perlu ditujukan untuk memenuhi desakan kebutuhan penduduk, usia tersebut. Pembangunan sarana pendidikan lanjutan tingkat pertama sejak awal pembangunan jangka panjang kedua, seperti gedung sekolah, penyediaan guru (D1, D2, D3 dan S1) dan fasilitas pendidikan lainya, merupakan hal yang mendesak untuk ditanggulangi. Dengan demikian arah pembangunan pendidikan akan segera bergeser dari perluasan pendidikan dasar menjadi perluasan pendidikan lanjutan  pada awal kurun waktu, dan akan mulai bergeser ke pendidikan tinggi pada kurun waktu akhir pembangunan jangka panjang kedua.
Pengalaman dalam melaksanakan pembangunan jangka panjang kedua selama ini membuktikan bahwa stabilitas nasional itu masih tetap merupakan prasyarat mutlak untuk melaksanakan demokrasi pendidikan. Dalam proses transformasi social, pertambahan rata rata penghasilan , dan tingkat pendidikan yang dicapai penduduk akan merupakan pendorong yang kuat bagi tumbuhnya proposisi kelas menengah. Dan merka adalah anggota-anggota masyarakat yang memeiliki nilai kesejatian diri yang tinggi sebagai salah satu faktor penting  dalam menigkatkan partisipasi politik.
Dalam abad ke 21 yang penuh dengan tantangan pada berbagai bidang pembangunan nasional, Indonesia akan berada dalam proses perubahan secara structural dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang social, ekonomi dan industri yang sangat pesat. Proses perubahan masyarakat tersebut akan mengundang masa peralihan yang di tandai dengan perubahan nilai dan perilaku masyarakat. Hal ini cenderung menciptakan situasi yang kurang menentu. Situasi yang sangat cepat tersebut tentunya mendorong manusia untuk dapat mengikuti perkembangan, bahkan hal buruk yang ditakuti adalah munculnya sifat individualisme, egoisme yang pada gilirannya akan menyebabkan disintegrasi nasional.

2.2   Permasalahan pokok pendidikan
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya masyarakat sebagai supra-sistem. Pembangunan sistem pendidikan tidak memiliki arti apa-apa, jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem dengan sistem sosial. Budaya sebagai supra-sistem tersebut, dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya,  menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalah interen sistem pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya suatu permasalah interen dalam sistem pendidikan selalu ada kaitannya dengan masalah-masalah di luar sistem pendidikan. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan dan ekonomi masyarakat disekitarnya, dari mana murid sekolah tersebut berasal, serta masih banyak lagi faktor-faktor lainnya di luar sistem persekolahan yang berkaitan dengan mutu hasil belajar.
Berasarkan kenyataan tesebut, maka penanggulangan masalah  pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak komponen antara pihak yang terkait.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air kita dewasa ini, yakni :
a.       Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan,
b.      Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat.
Menurut Tilaar (1991) mengidentifikasikan di dalam dunia pendidikan kita sekarang mengalami lima krisis pokok antara lain meliputi : (1)kualitas, (2) relevansi, (3) elitisme, (4) menajemen,dan(5)masalah pemerataan pendidikan.
1)      Kualitas Pendidikan
            Inggris memasuki era industri pada tahun 1840, tetapi pertumbuhanya sangat lamban karena penduduknya berkualitas rendah. Sampai awal abad ke 20 penduduk Inggris masih menjadi beban pembangunan. Penduduk Indonesia yang pada tahun 1990 berjumlah 184 juta, dengan komposisi 72% tamat SD kebawah dan 40% bekerja di sector primer (dimana sekitar 29% menganggur tak kentara) jelas menjadi beban daripada modal pembangunan. Pada pembangunan jangka panjang tahap II ini pendidikan menjadi sasaran utama dan pertama untuk mendukung keberhasilan pembangunan.
            Kualitas pendidikan yang mampu menyumbang nilai tambah, sehingga mampu memacu pertumbuhan ekonomi. Sungguhpun sulit untuk menetapkan karakteristik yang digunakan untuk mengukur kualitas pendidikan, namun beberapa indicator dapat digunakan sebagai rambu rambu untuk mengukur kualitas pendidikan kita. Beberapa indicator tersebut adalah :
(1)  Mutu guru yang masih rendah ada pada semua jenjang pendidikan.
(2) Alat bantu proses belajar mengajar seperti buku teks, peralatan laboratorium dan bengkel kerja yang belum memadai.
(3)  Tidak meratanya kualitas lulusan yang dihasilkan untuk semua jenjang pendidikan.
2)      Relevansi pendidikan
            Untuk mengejar kemampuan unggul komperatif fungsi pendidikan dalam pembangunan ini perlu di alihkan dari fungsi kesejahteraan rakyat menjadi pemberian beban untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat agar mampu meberi nilai tambah yang unggul komperatif, artinya produk tenaga kerja Indonesia mampu bersaing di pasar kerja, baik dalam makna ekonomik, cultural maupun idiil.
            Relevansi pendidikan atau efisiensi eksternal suatu system itu dalam memasok tenaga-tenaga kerja trampil dalam jumlah yang memadai bagi kebutuhan sector-sektor pembangunan. Apabila kita melihat di Negara-negara berkembang tingkat pendidikan rata-rata dari penganggur meningkat dari tahun ketahun, terutama setelah tahun 70an, disaat pendidikan berkembang dengan pesat. Hubungan tingkat pendidikan dan pengangguran dapat di gambarkan sebagai kurva U terbalik (Blaug 1974:9)
            Wardiman Djojonegoro pada waktu dilantik sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia tahun1993. Ia menyatakan bahwa dunia pendidikan di Indonesia sampai sekarang masih mengalami krisis yang berkisar pada relevansi pendidikan dan mutu pendidikan. Kritik yang banyak dilontarka adalah bahwa lembaga pendidikan di Indonesia di nilai tidak dapat mencetak lulusan yang siap pakai, tidak adanya kesesuaian antara output pendidikan dengan tuntutan perkembangan ekonomi akan mengakibatakan kesenjangan okupasional. (Muchtar Buchori,1990:12). Meskipun isu ini muncul sejak awal pelita I, dan masih menjadi masalah utama pada awal pelita II, dan bahkan pelita III, ternyata sampai sekarang tetap menjadi isu penting dan polemic para ahli pendidikan dan pengambil kebijakan pendidikan di Negara kita. (Riwanto Tirtosudarmo,1993:247)
3)      Elitisme
            Yang dimaksud elitisme dalam pendidikan ialah kecenderungan penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah menguntungkan kelompok masyarakat yang kecil atau yang justru mampu di tinjau dari segi ekonomi. (Tilaar,1991:8)
4)      Manajemen Pendidikan
            Dalam kajian ekonomi, pendidikan dapat di pandang sebagai suatu industri, sebagai suatu industry pengembangan sumber daya manusia pendidikan harus dikelola secara professional. Ketiadaan menajer professional ini yang melingkupi ke semua jenjang dan jenis pendidikan menuntut adanya kerja keras dari berbagai pihak, untuk bisa tampil unggul dalam dunia globalisasi,pendidikan bukan merupakan factor yang paling menentukan, meskipun penting masih harus di perhitungkan dan di tingkatkan kekuatan factor-faktor lain di samping pengelolaan sumber daya manusia dan alam, dan sumber-sumber lain yang terbatas perlu di alokasikan secara tepat, tidak lupa semangat komitmen dan kemauan politik kadang-kadang sangat menentukan keberhasilan suatu program pendidikan yang diinginkan.
5)      Pemerataan Pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional , pendidikan diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang seluas – luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan.Masalah pemerataan pendidikan adalah masalah bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas – luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumberdaya manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara, khususnya usia anak sekolah tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.
Masalah pemerataan pendidikan di pandang penting karena jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis dan berhitung, sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia, baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen. Pada tahun-tahun awal repelita I, Indonesia pernah mendapat rejeki nomplok karena melonjaknya harga minyak bumi. Berkat minyak bumi, kita bisa memenuhi sebagian besar desakan aspirasi pendidikan, terutama pada tingkat sekolah dasar. Melalui Inpres. Dengan inpres SD itu, pemerintah telah meningkatkan mutu bangsa. Salah satu mutu bangsa dalah ditandai dengan tingkat partisipasi pendidikan dasar, sekarang di Indonesia angka partisipasi untuk sekolah dasar (SD) sudah hampir mencapai 100% (Santosa S Hamijoyo:1991:11)
            Laporan Bank Dunia No. 7841-IND, Indonesia, Basic Education Study, June 30, 1989 menunjuk pada tingkat partisipasi 87%. Program besar pemerataan kesempatan belajar di tingkat SD dan SMP dimulai pada pertengahan Repelita I dan dilanjutkan pada Repelita-Repelita selanjutnya telah mengangkat tingkat pembangunan manusia Indonesia pada angka 84. Bandingan dengan India, angka partisipasinya menunjuk angka 66, Pakistan 29, Vienam 69, Malaysia 78, Philipina 95, dan Korea Selatan menunjuk angka 96 (Human Development Report, 1991. Dengan melihat data tersebut kita patut dikatakan berhasil dalam meningkatkan pemerataan kesempatan belajar terutama di tingkat SD. Namun demikian dalam demokrasi para ahli ekonomi, Durkhurst (1971), Devison dan Fabriacant (1959) menyimpulkan bahwa mutu tenaga kerja mempunyai peranan besar terhadap pertumbuhan ekonomi. (Noeng Muhadjir, 1986 : 3). Sementara itu perencanaan pendidikan di Indonesia dewasa ini belum mengarah kepada kebutuhan lapangan kerja, apalagi mengantisipasi pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam dunia industri di masa mendatang.
2.3     Keterkaitan antara Jenis Masalah Pendidikan dengan Kebijakan Pendidikan
Pada awal Repalita I keadaan pendidikan di Indonesia menunjukan beberapa ketidakseimbangan yang antara lain meliputi :
1. Ketidak seimbangan antara jumlah penduduk yang berumur cukup untuk sekolah dengan jumlah fasilitas yang dapat disediakan bagi mereka.
2. Ketidakseimbangan pendidikan secara horizontal yaitu antara jenis dan bidang pendidikan. Hal ini menimbulkan akibat kurang sesuainya persediaan tenaga kerja dengan kebutuhan tenaga kerja untuk pembangunan.
3.Ketidakseimbangan vertical yaitu perbandingan antara SD, SLTP,SLTA,Perguruan tinggi dam akademi.
            Setelah beberapa ketidakseimbangan tersebut masih banyak permasalahan yang harus dihadapi seperti kurangnya fasilitas, banyaknya masyarakat yang masih buta huruf, rendahnya kualitas pengajar, bahkan masalah drop out  dll.
            Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut Repelita I, pemerintah menetapkan beberapa kebijakan seperti:
1. Program pendidikan secara horizontal lebih di arahkan kepada kebutuhan-kebutuhan pendidikan dan latihan untuk sector-sektor pembangunan yang di prioritaskan seperti pertanian, industry yang mendukung pertanian, industry ringan dan kerajinan rakyat, prasarana serta pariwisata.
2. Secara vertical program pendidikan di arahkan kepada perbaikan keseimbangan dengan menitik beratkan kepada tingkat pendidikan menengah.
            Kebijaksanaan tersebut dituangkan dalam program-program seperti berikut: Program Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar, Program Penambahan Pendidikan Kejuruan Pada Sekolah Lanjutan Umun, Program Peningkatan Pendidikan Teknik Dan Kejuruan, Program Peningkatan Pendidikan Guru, Program Pendidikan Masyarakat dan Orang Dewasa, Program Pengembangan Pendidikan, Program Pembinaan Kebudayaan dan Olah Raga, Program Pendidikan Latihan Institusional, serta Program Peningkatan Penelitian (Makmuri Sukarno dkk,1994:27)
            Dalam Repelita II (1974/75-1978/79) terdapat masalah-masalah pendidikan yang lebih khusus yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengembangan system pendidikan, pemeliharaan dan peningkatan mutu pendidikan, perluasan mutu pendidikan pada semua tingkat, perluasan kesempatan belajar, pengembangan system penyajian, pendidikan diluar system sekolah (pendidikan non formal), usaha-usaha lain dalam pembinaan generasi muda yang meliputi kelompok usia 15-24 tahun, pembangunan system informasi dan kemampuan pengelolaan yang dapat diandalkan untuk melaksanakan pembaharuan pendidikan, dan pengarahan penggunaan sumber-sumber pembiyaan yang tersedia. (Repelita II, 1974:137-138)
2. Dalam trilogy pembangunan pada masa Pelita II (1979/80-1983/84) Kebijaksanaan Pendidikan diprioritaskan  pada upaya pemerataan, upaya ini dalam bidang pendidikan dirumuskan dari jalur kedua dari delapan jalur pemerataan, yakni pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam Repellita III yakni, titik berat pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan selama pelita III adalah penyediaan fasilitas belajar pada pendidikan dasar bagi anak yang berumur 7-12 tahun dan penampungan kelulusan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Repelita TII.1979:347)
            Sebagai kelanjutan kebujaksanaan yang telah dilaksanakan pada Pelita III, maka pembangunan bidang pendidikan pada Repelita IV yang menekankan pada berbagai bidang kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan keseimbangan dan keserasian pendidikan nasional yang sangat penting bagi pengembangan sumber daya manusia. Untuk mencapai yujuan tersebut dalam Repelita IV, memprogramkan tiga kebijaksanaan umum dalam pembangunan bidang pendidikan nasional yang antara lain meliputi: pendidikan seumur hidup, pendidikan semesta menyeluruh dan terpadu, kebijaksanaan untuk membina kemajuan adat, budaya dan persatuan. (Repelita IV,1984:526)
            Sedangkan dalam Repelita V arah kebijaksanaan pendidikan diprioritaskan pada berbaikan system dan multi pendidikan dalam keseluruhan unsure, jenis, jalur dan jenjangnya. Kebijaksanaan yang dimaksud meliputi: peningkatan mutu kurikulum, silabi, tenaga pengajar, pelatih serta metodik sarana pengajar yang memungkinkan peningkatan kualitas dan hasil pendidikan dan latihan. (Repelita V, 1989:590)
            Beberapa kebijakan umum dalam Repelita V antara lain: Meningkatkan pembudayaan nilai-nilai pancasila dalam rangka mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Meningkatkan mutu pendidikan. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Menata kembali system pendidikan guru dan tenaga pendidik lainya. Melaksanakan penelitian dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan agar dapat di hasilkan gagasan-gagasan baru yang berorientasi pada penyempurnaan system pendidikan yang efisien. Penyeragaman mutu pendidikan melalui pengembangan institusi dan pengujian untuk semua jenis dan jenjang pendidikan, agar dapat diupayakan standartisasi mutu pendidikan baik secara regional maupun nasional.
 

                                                          BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Pendidikan di Indonesia pada dasarnya masih rendah di bandingkan dengan Negara-negara maju lainya. Hal ini tentu saja akan berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bangsa ini. Kita memang telah berusaha semaksimal mungkin untuk selalu memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam system pendidikan terdahulu. Namun tanpa adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, tentu tak akan menghasilkan hasil yang memuaskan pula. Terkadang pemerintah selalu member kemudahan-kemudahan bagi masyarakat agar mereka mampu mengenyam pendidikan dengan baik, namun di sisi lain masyarakatpun tidak semuanya dapat memetik hasil jerih payah pemerintah yang berusaha memberikan kemudahan itu.
Dengan kata lain, komunikasi antara pemerintah dan masyarakat harus selalu terbuka agar permasalahan pendidikan yang di hadapi negeri ini dapat dikurangi bahkan hilang seiring berjalanya waktu.
3.2 Saran
Sebaiknya pemerintah selalu mengevaluasi jalanya roda pendidikan di Indonesia, terkadang pemerintah hanya memikirkan mereka yang muncul di permukaan saja, namun lupa terhadap mereka yang berada di bawah, yang belum mampu merasakan manisnya pendidikan dengan fasilitas yang lengkap dan memadai.
Sebaiknya masyarakat luas selalu mengikuti kebijakan-kebijakan pemerintah yang baru, jangan sampai masyarakat tidak tahu menahu tentang apa program yang dicanangkan pemerintah, ini tentunya akan menghambat proses menuju keberhasilan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA


Munib,Achmad,dkk. 2011 . Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.




                    



kecamatan kepil

        BAB I
                                                         PENDAHULUAN

1.1  Gambaran Umum Wilayah
1.1.1 Letak dan Luas wilayah
Kecamatan Kepil merupakan salah satu dari 15 Kecamatan di Kabupaten Wonosobo yang terletak antara 723’ 35’’ sampai 735’ 20’’ Lintang Selatan (LS) dan 10957’ 52” sampai 11004’ 32’’ Bujur Timur (BT),  berjarak 23 km dari Ibu Kota Kabupaten Wonosobo dan 127 km dari Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah (Semarang), berada pada ketinggian 425 diatas permukaan laut(dpl). Batas lokasi kecamatan kepil yaitu sebelah utara berbatasan dengan kecamatan sapuran, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Kalibawang serta Sapuran, sebelah timur berbatasan dengan Kota Magelang serta selatan berbatasan dengan Kabupaten Puworejo.
Luas Kecamatan Kepil adalah 93.869,191 ha. (938,6 km) atau 10 % dari luas Kabupaten Wonosobo, dengan komposisi tata guna lahan atas lahan sawah seluas 1.375,45 ha (1,4 %), tanah kering seluas 13.830.74 ha (12 %), hutan negara 13.767,2 ha (12 %), dan lainnya seluas 64.897,8 ha (60 %).
            `
            Secara administratif Kecamatan Kepil terbagi dalam 20 Desa dan 1 Kelurahan.Dari 20 desa yang ada di Kecamatan kepil luas masing-masin desa tidak sama dengan desa yang paling luas adalah desa gadinrejo dengan luas 117,31 hektar. Desa terluas kedua adalah Desa Burat kemudian Pulosaren. Desa dengan wilayah palin kecil adalah Desa Ngalian dengan luas 110,77 hektar.
            Luas lahan buakan sawah ditinjau dari jenis penggunaan lahan, wialya terluas adalah tegalan sebesar 4.371,07 hektar. Pengunaan lahan yang mengalami penururunan pada tahun 2013 di bandin tahun sebelimnya  ialah lahan sawah , kolam dan lainya.




Gambar1.1 Peta Kabupaten Wonosobo

Gambar 1.2 Peta  pembagian Desa/kelurahahan di Kecamatan Kepil


                                Tabel 1.1 Nama desa/kelurahan, Jumlah Dusun dan Dukuh/Kampung
No
Desa / Kelurahan
Jumlah
Dusun/Lingkungan
Dukuh/Kampung
1
Gondowulan
3
10
2
Jangkrikan
3
9
3
Tegeswetan
3
9
4
Gadingsukuh
3
10
5
Burat
6
7
6
Bener
6
7
7
Gadingrejo
6
18
8
Kepil
4
16
9
Beran
4
7
10
Kapulogo
3
6
11
Kagungan
2
8
12
Randusari
2
6
13
Rejosari
2
5
14
Ngalian
1
5
15
Kalipuru
2
5
16
Tanjunganom
2
8
17
Kaliwuluh
2
10
18
Tegalgot
2
4
19
Warangan
2
4
20
Ropoh
4
15
21
Pulosaren
7
7
Jumlah
69
176
Sumber : Buku Kecamatan Kepil dalam Angka, 2013



           Tabel 1.2  Nama Desa atau Kelurahan dan Luas Wilayah

No
Desa / Kelurahan
Luas
Wilayah
1
Gadingsukuh
412,00
2
Burat
905,21
3
Gadingrejo
1017,31
4
Bener
467,69
5
Tegeswetan
517,96
6
Gondowulan
629,62
7
Jangkrikan
460,26
8
Kepil
647,00
9
 Kapulogo
222,32
10
Kagungan
227,50
11
Randusari
234,22
12
Rejosari
132,04
13
Kalipuru
231,50
14
Ngalian
110,77
15
Tanjunganom
331,00
16
Kaliwuluh
424,95
17
Beran
361,00
18
Tegalgot
275,89
19
Warangan
360,63
20
Ropoh
701,38
21
Pulosaren
761,65
Jumlah
9.386,90



















Sumber : Buku Kecamatan Kepil dalam Angka, 2013



BAB II
KEADAAN FISIK WILAYAH
2.1 Kondisi Tanah
            Kecamatan Kepil sebagai daerah yang terletak di sekitar gunung api muda  menyebabkan tanah di Kecamatan Kepil termasuk subur. Hal ini sangat mendukung pengembangan pertanian, sebagai mata pencaharian utama masyarakat Wonosobo Khusunya Kecamatan kepil. Namun demikian karena topografinya dengan lembah yang masih curam. menyebabkan sering timbul bencana alam seperti tanah longsor.
Tanah di kecamatan kepil berwarna coklat kemerah-merahan yang sedikit lengket yang disebut oleh warga desa setempat lemah lincat. Tanah ini terdapat di kecamatan kepil sebelah selatan seperti di Desa Gadingerjo, Bener, Jangkriaan , Kepil.  Di daerah-daerah tersebut hasil pertanian di priotaskan pada hasil perkebunan seperti buah-buahan, kayu, buah kelapa. Namun, ada sebagian kecil keluarga yang memanfaatkan ladangnya untuk menana cabai, padi dan beberapa tanaman palawija.
Kecamatan kepil juga memiliki tanah yang yang berwarna coklat yang terdapat di daerah kaki lerang gunug sumding dan sekitarnya. Di daersh tersebut biasa di tanami tanaman sayur-sayuran, jagung, ketela tembakau. Namun, ada juga tanah cocok di tabani sawah sepeti yang ada di Desa Beran, Kaliwuluh, Kagungan. Tanah di desa tersebut warnanya sama dengan daerah kecamatan kepil yang ada di daerah  lereng gunung sumbing.










Gambar 2.1 Kondisin tanah di Desa Burat Kecamatan Kepil ( Sumber : Foto Rozi ; Desember 2014)


Gambar 2.2 Kondisi Tanah di Desa Pulosaren Kecamatan Kepil ( Sumber : Foto Rozi ; Desember 2014)

2.2 Kondisi Tata Air
   Secara hidrogeologi sebagian besar wilayah Kabupaten Wonosobo termasuk dalam cekungan air tanah (CAT) Wonosobo yang terletak di lereng barat laut -timur Gunung api Sundoro dan Gunungapi Sumbing . Pergerakan air tanahnya. pergerakan air tanahnya secara menyeluruh mengalir dari utara menuju ke selatan. Muka freatik air tanah terpotong oleh lembah-lembah sungai, sehingga dapat dimungkinkan munculnya mataair di daerah tersebut. Selain itu mataair sering dijumpai pada daerah peralihan slope. Peralihan slope ini selain ditandai dengan adanya mataair juga ditandai dengan adanya perbedaan yang mencolok pada daerah tersebut, antara lain perubahan/lereng curam ke lereng yang datar, ataupun juga oleh perbatasan antara penggunaan lahan yang kering dengan areal persawahan. Mata air di lereng Gunung Sundoro dan Sumbing membentang membentuk jalur melingkar atau sabuk.
   Kecamatan Kepil termasuk daerah di Kabupaten Wonosobo yang Mata air berasal dari lereng Gunug Sumbing. Dimana air mengalir dari arah utara ke selatan.Air mengalir melalui salauran irigrasi dan sungai- sungai kecil yang kemudian di gunakan untuk mengairi laha pertanian.Selain itu, air yang mengalir di sungai –sungai kecil di gunakan beberapa warga untuk kehiupan sehari-hari. Kecamatan Kepil juga terdapat sunagi yang besar yaiyu sungai Bogoeonto. Sungai ini merupakan tempat muara sungai-sungai kecil yang ada di kecamatan kepil. Hampis emua sungai sungai kecil yang ada di kecamatan kepil bermuara di Sungai Bogowonto ini.







Gambar 2.3  Sumber Air di Desa Kaliwuluh Kecamatan Kepil ( Sumber : Foto Rozi ; Desember 2014 )

Gambar 2.4 Sungai Bogwonto di  Kecamatan Kepil (Sumber : Foto Rozi; Desember 2014 )

2.3 Iklim
                  Kecamatan Kepil yang beriklim tropis dengan dua musim dalam satu tahunnya yaitu musim kemarau dan penghujan, dengan suhu udara pada siang hari berkisar antara 24 – 30 0C dan malam hari turun menjadi 15 0C. Pada bulan Juli sampai Agustus turun menjadi 8 – 20 0C. Hujan turun hampir sepanjang tahun dengan curah hujan rata-rata 2.200 mm/tahun.

2.4  Infra Struktur Wilayah
  2.4.1 Kondisi Jalan
Belum semua jalan  di kecamatan kepil sudah baik, masih ada beberapa derah yang jalannya rusak bahkan belum pernah di aspal. Desa yang jalnya masih belum baik seperti desa Kaliwuluh, Gadingerjo, Warangan, Tanjunganomdan beberapa desa lain di kecmatan kepil. Jalan di Desa tersebut ada yang belum di aspal dan aspal yang sudah rusak parah.
Jalan di Kecamatan Kepil sangat berguna bagi semua aktivitas khususnya di perekonomian. Banyak warga yang mengeluh dengan kondisi jalan yang tidak baik, yang menyebabkan mengangu aktivitas mereka khususnya dalam memasarkan hasil pertanian dan industri mereka. Selain mengangu aktivitas warga kurang baiknya kondisi jalan mengangu kenyamanan warga dalam berkendara.
            Selain itu, di kecamatan kepil terdapat jalan alternatif penghubung wonosobo dengan magelang. Jalan tersebut banyak di lalu oleh warga yang ingin ke Yogyakarta. Kondisi jalan alternatif tersebut sudah cukup baik, dimana jalan tersebut sudah di perbaiki selama beberapa terahir ini. Kecamatan kepil juga di lalu jalur penghubung antara Wonosobo-Puworjo. Jalur tersebut sangat rawan longsor. Selama tahun 2012 tercatat 4 kali longsor yang merngenai jalan tersebut yang terjadi di Kelurahan Kepil 2 kali, Desa Burat 2 kali. Longsor Terbesar terjadi pada Selasa, 3 Januari 2012 yang di sebabkan karna hujan lebat tiap hari yang membuat jalan utama penghubung Kabupaten Wonosobo-Purworejo lumpuh total karena tak bisa dilewati. Jalan provinsi yang berada di Desa Burat Kecamatan Kepil Wonosobo itu longsor sepanjang hampir 100 meter



Gambar 2.5 Jalan Penghubung Desa Kaliwuluh dengan Tegalgot (Sumber : Foto Rozi; Desember 2014 )


Gambar 2.6 Jalan Alternatif Wonosobo – Magelang di Desa Beran (Sumber : Foto Rozi; Desember 2014 )

Gambar 2.7 Jembatan Penghubung Desa Bener-Gadingerjo (Sumber : Foto Rozi; Desember 2014 )


Gambar 2.8 Jalur utama Penghubung Wonosobo-Puworjo di Kelurahan Kepil (Sumber : Foto Rozi; Desember 2014 )

2.4.2 Jaringan Listrik

            Listrik merupakan komoditi utama untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang cukup, aman, andal dan ramah lingkungan merupakan unsur penting dalam menjalani roda perekonomian. Tersediannya tenaga listrik ini tentunya harus didukung oleh para pelaku usaha penunjang tenaga listrik di bidang pembangunan dan pemasangan instalasi tenaga listrik yang aman, andal, dan ramah lingkungan.
Ketersediaan listrik sudah menjadi kebutuhan bagi semua lapisan masyarakat. Di kecamatan kepil sudah menyueluruh di semua Desa atau Kelurahan yang ada di Kecamatan kepil sudah mendapat jaringan listrik. Namun, masih banyak warga yang kurang puas dengan pelayanan PLN yang hampir setiap kali ada hujan pasti mati listrik. Menurut saya penyebab mati listrik di karnakan ada sengolan antara batang pohon yang si pingir jalan dengan kabel-kabel listrik sahingga memmbuat konslet listrik.

Gambar Tiang penyanga Kabel listik yang kabel bawah telah hilang Sumber : Foto Rozi; Desember 2014 )



2.4.3 Telekomunikasi
            Perkembangan telekepemilikan telekomunikasi juga meningkat cukup pesat. Walaupenkepemilikan radioturun namun  untuk kepemilikan televisi mengalami tambahan jumlah di banding tahun 2012. Radio pada tahun 2013 sebanyak 3.940 buah turun menjadi 3896. Televisi dari 6.585 buah pada tahun 2012 menjadi 7493 buah pada tahun 2013.
            Jaringan telepon yang ada di Kecamatan Kepil hanya ada di Kelurahan Kepil saja. Desa-desa lain di kecamatan kepil belum di ada saluran telepon tetepi mereka sudah mengenal telepon gengam sebagai sarana komumikasi. Telepon gengam yang mereka miliki sangat berguna bagi mereka untuk mereka untuk berhubungan dengan orang lain. Hampir semua orang di kecamatan kepil sudah mengenal telepon gengam baik orang yang berasal dari golaongan menengah kebawah mauoun menegah ke atas




















BAB III
KEADAAN SOSIAL DAN EKONOMI

3.1 Demografi
Jumlah penduduk di Kecamatan Kepil berdasarkan hasil sensus penududuk akhir tahun 2013 sebanyak  57.257 jiwa terdiri laki-laki 28.138 jiwa dan perempuan  28.050 jiwa dengan kepadatan penduduk 610 jiwa per km 2. Desa dengan jumlah penduduk terbanaya di kecamatan kepila adalah desa gadinerjo dengan jumlah penduduk 5.612 dan desa Ngaliyan dengan jumlah penduduk paling sedikit denga jumlah penduduk 702 jiwa.
Desa denga sex ratio tertinggi yaitu dengan angka 106 adalah Desa ngalaian sedangkan desa Gondowulan desa dengan Sex ratio paling kecil yaitu hanya bersda di angka 94 yang berarti dominasi jumlah kaum wanita ada di desa ini dengan perbandingan setiap 100 wanita ada 94 pria. Senbilan desa dengansex ratio di atas 100 yaitu Desa Gadinsukuh, Kagungan, Rejosari, Ngalian, Kaliwuluh,Burat, Jangkrikan, , Kapulogo, Rejosari.
Angka kelahiran kasar sebesar 17 yang artinya di kepil setiap 1.000 penduduk terdapat 17 bayi lahir hidup. Sedankan angka kematian kasar sebesar 8 yang berarti setaip 1000 penduduk terdapat 8 kematian sepanjang tahun 2013. Data tersebut bisa jadi kurang tepat sebagai akibat bayai yang lahir dan penduduk yang meninggal dunia tidak dilaporkan ke pihak desa/kelurahan ataupun kecamatan kepil.
            Perkembangan penduduk di Kecamatan Kepil dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, untuk pertumbuhan penduduk berdasarkan hasil sensus penududuk 2013 kenaikan  menjadi 57.257 dari tahun sebelumnya yang berjumlah 56.943. Banyaknya penduduk akhir tahun 2013 kecamatan kepil berdasarkan proyeksi sebanyak 57.257 jiwa yang tersebar di 1 kelurahan dan 20 desa dengan sex ratio 1,00 yang berarti setiap 100 orang lakai-laki terdapat 100 perempuan dan kepadatan penduduk 610 jiwa/km2.
           






Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Kecamatan Kepil
NO
Desa / Kelurahan
Jumlah
Penduduk
Jumlah
Laki-laki
Jumlah
Perempuan
1
Gadingsukuh
1680
847
833
2
Burat
2310
1167
1143
3
Gadingrejo
5612
2774
2838
4
Bener
3044
1491
1553
5
Tegeswetan
2335
1148
1187
6
Gondowulan
3365
1628
1737
7
Jangkrikan
2698
1360
1338
8
Kepil
5435
2747
2688
9
Beran Kapulogo
1860
953
907
10
Kagungan
1803
902
901
11
Randusari
1607
798
809
12
Rejosari
1354
676
678
13
Kalipuru
741
366
741
14
Ngalian
702
361
375
15
Tanjunganom
2711
1351
341
16
Kaliwuluh
3244
1654
1360
17
Beran
3992
1994
1998
18
Tegalgot
1878
962
916
19
Warangan
1777
883
894
20
Ropoh
5085
2554
2531
21
Pulosaren
4024
2036
1998
Jumlah
28652
28602
57257
























Sumber : Buku Kecamatan Kepil dalam Angka, 2013




3.2 Perekonomian
Perekonomian di kecamatan kepil masih bertaraf sedang, hal ini din sebabkan oleh sebagian besar perekonomian di topmong oleh pertanian dan perdangan. Sektor lain yang mendukung wilayah ini masi kecil antara lain industri.Naman , dalam beberapa tahun terakhir perindustria di kecamatan kepil semaki meningkat walaupun sedikit.Anda beberapa perindustrian yang semakin lama tambah berkembang seperti industri tammpah, gula merah, dan lain-lain. Industri yang ada di kecamatan kepil kebanyakan merupakan industri rumahan.
Saarana perdagangan dari tahun ke tahun aemakin bertambah. Jumlah penduduk yang semakin meningkat juga menjadikan keberadaan warung kelontong semakin di butuhkan warga karna jarak lebih dekat dan praktis dari pada pergi ke pasar yang jaraknay lumayan jauh.
Usaha di bidang sawah juga semakin meningkat dari segi jumlah usahanya. Hal ini menunjukan bahwa sektor persaweahan di kepil meningkat dari tahun sebelumnya. Adanya usah persawahan yang cukup merat di tiap-tiap desa menunjukan uasaha persawahag berkemban cukup baik dan tidak di dominai oleh desa-desa tertentu.

Gambar 3.1 Gambar sawah di desa Beran, Kecamatan Kepil (Sumber : Foto Rozi; Desember 2014 )

Gambar 3.2 Pasar kepil di Desa Kepil Kecamatan Kepil (Sumber : Foto Rozi; Desember 2014 )


Gambar 3.3 Pasar Tegalgot di Desa Tegalgot Kecamatan Kepil (Sumber : Foto Rozi; Desember 2014 )

Tabel 3.2
Potensi Perindustian yang ada di kecamatan kepil
No
Desa / Kelurahan
Potensi Desa
1
Gondowulan
Gula merah, tempe
2
Jangkrikan
Kayu, durian
3
Tegeswetan
Industri Kecil Anyaman Bambu dan Tikar Mendong
4
Gadingsukuh
Industri Kecil Tikar Mendong dan Tempe
5
Burat
Durian, kripik pisang, kripik singkong
6
Bener
Industri Kecil Tempe
7
Gadingrejo
Gula merah, tempe, duku
8
Kepil
Industri Kecil Tikar Mendong,  Gula Kelapa, Roti dan Tempe
9
Beran
Industri Kecil Tikar Mendong, Gula Kelapa, Regginang, Sale Pisang, Tempe, Jahe dan Tiwul Instan
10
Kapulogo
Industri Kecil Gula Kelapa, Kerupuk, Mie Su’un dan Tempe
11
Kagungan
Tikar mendong
12
Randusari
Anyaman Bambu (Besek), Gula Kelapa, Keripik (Pisang, Kimpul), Salome, Tape dan Tempe
13
Rejosari
Industri Kecil Gula Kelapa dan Tempe
14
Ngalian
Opak singkong
15
Kalipuru
Gula merah, tempe
16
Tanjunganom
Opak singkong, tikar mendong, anyaman bambu
17
Kaliwuluh
Anyaman Bambu  dan Tampah
18
Tegalgot
Anyaman Bambu  dan Tikar Mendong
19
Warangan
Anyaman Bambu
20
Ropoh
Anyaman Bambu, Industri Kecil Mebelair, Tikar Mendong dan Tempe
21
Pulosaren
Sayuran, pakis asparagus
Sumber : Buku Perekonomian kecamatan kepil, 2012

BAB IV
KONDISI SOSIAL DAN BUDAYA


4.1 Agama
             Mayoritas penduduk kecamatan Kepil merupakan Agama islam yaitu 99,84%. Sedangkan yang bergama lain yaitu Aganma Kristen sebanyak 0,01 %, Protestan sebanyak 0,02% , Budha sebanyak 0,13% dan Hindu sebanyak 0,00%.  Sarana beribadah di Kecamatan Kepil di anggap cukup memadi, dari data akhir 2013 terdapat 299 Masjid , 784 musola dan greja serya tempat peribadahan agama non Muslim tidak ada.

Gambar 4.1 Masjid Al-Ullum di Kelurahan Kepil Kecamatan Kepil (Sumber : Foto Rozi; Desember 2014 )

4.2 Bahasa
            Kecamatan kepil merupakan daerah di Kabupaten Wonosobo yang berada di perbataasan Kabupaten Puworjo dan Kota Magelang yang merupakan peralihan bahasa Jawa Ngapak menjadi Bahasa jawa non Ngapak. Di kecamatan kepil kebanyakan warga mengunakan bahasa Ngapak tapi tidak telalu ngapak. Banyak variasi bahasa yang ada di kcamatan kepi, contohnya kata “ kamu’’ di kecamatan kepil biasa di gunakan kata sire, sira, kowe, deke, ri’o, ra’i, njenengan. Selai kata “kamu” di kecamatan kepil masih banayak kata yang menggunakan varias bahasa.
4.3 Kesenian Daerah
Kecamatan kepil memilik kesenian yang cukup banyak kesenia seperti Kubro , Lengger,Jatilaan. Kesenian tersebut biasanya di tampilkan nketakka ada acara-acara tetentu, seperti Acara nikahan,  Merdi desa,  Dan lain-lain.
Saya akan menjelaskan salah satu kesenian yaitu kesenian Kubro.  Kesenian Kubro biasanya ditarikan oleh beberapa anak lelaki dan pemuda dari Dusun Kleseman Garung,Warangan, Kepil,Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. Berbagai atribut seperti kacamata hitam dan pakaian warna warni serta topeng mereka kenakan, untuk menyambut kedatangan tamu yang masuk ke kabupaten wonosobo tersebut.

             Para penari yang kesemuanya berjenis kelamin laki-laki tersebut seolah ingin mengajak tamu dan penonton yang hadir, untuk ikut berlenggak lenggok bersama mereka. Alunan tembang dan musik mirip gaelan terus mengiringi tarian, tanpa putus memecah sunyinya malam sebuah dusun di lereng gunung sumbing.
Menurut Sudjono, tokoh masyarakat Dusun Kleseman, kesenian Kubro merupakan kesenian kolaborasi dua kesenian yaitu kesenian islami yang dilakukan dengan cara bersolawat dan kesenian lengger atau Reog dari Ponorogo Jawa Timur. Biasanya kesenian ini di lakukan untuk acara penyambutan tamu agung, hajatan dan perayaan hari besar islam.
Semestinya kesenian Kubro yang merupakan salah satu kesenian tradisional asli milik bangsa Indonesia, harus mendapatkan porsi untuk diperhatikan oleh pemerintah, seperti kesenian lainnya, agar tak semakin tenggelam oleh perkembangan jaman.\


Kesenian Tari Topeng desa Kaliwuluh ( Sumber : Foto Rozi; Desember 2014 )


















BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Kecamatan Kepil merupakan salah satu dari 15 Kecamatan di Kabupaten Wonosobo, yang merupakan daerah pegunungan, serta terletak di sebelah selatan kabupaten wonosobo dan bebatasan langsung dengan Kabupaten Puworjo dan Kota Magelang. Luas Kecamatan Kepil adalah 93.869,191 ha yang terdiri atas 20 Desa dan 1 Kelurahan.
            Kecamatan kepil memiliki tanah yang subur karna terletak di sekitar gunung api yaitu gunung sumbing . Hal ini sangat mendukung pengembangan pertanian, sebagai mata pencaharian utama masyarakat. Oleh karna itu, perekonomian di kecamatan  Kepil sebagian besar perekonomian di topmong oleh pertanian dan perdangan.
Perkembangan penduduk di Kecamatan Kepil dari tahun ke tahun mengalami Kenaikan,  Jumlah penduduk di Kecamatan Kepil berdasarkan hasil sensus penududuk akhir tahun 2013 sebanyak  57.257 jiwa terdiri laki-laki 28.138 jiwa dan perempuan  28.050 jiwa dengan kepadatan penduduk 610 jiwa per km 2, yang mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.
Penduuk kecamatan kepil mayoritas beragama islam, hanya ada beberapa warga kecamatan kepil yang non muslim. Selain itu, warga kecamatan kepil juga mayoritas menggunakan bahasa jawa peralihan ngapak.














No
Desa / Kelurahan

1
Gadingsukuh

2
Burat

3
Gadingrejo

4
Bener

5
Tegeswetan

6
Gondowulan
3044
7
Jangkrikan

8
Kepil

9
Beran Kapulogo

10
Kagungan

11
Randusari

12
Rejosari

13
Kalipuru

14
Ngalian

15
Tanjunganom

16
Kaliwuluh

17
Beran

18
Tegalgot

19
Warangan

20
Ropoh

21
Pulosaren

Jumlah