Selasa, 07 Oktober 2014

    Hubungan Ilmu Sejarah dengan Ilmu Sosial lainnya
Selain mempunyai ilmu bantu dalam keilmuannya, sejarah juga menjalin hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya, terutama sesama ilmu sosial. Dalam hubungan ini yang terjadi adalah hubungan yang saling membutuhkan, disinilah letak perbedaannya dengan konsep ilmu bantu sejarah, dimana sejarah yang lebih dominan dalam membutuhkan bantuan guna mengungkap suatu permasalahan, lebih tepatnya kita dapat menyebutnya dengan kombinasi dari dua ilmu sosial.
Perkembangan Ilmu Sejarah pasca perang dunia II menunjukkan kecederungan kuat untuk mempergunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam kajian sejarah. Dasar pemikirannya adalah bahwa: pertama, sejarah deskriptif-deskriptif sudah tidak memuaskan lagi untuk menjelaskan berbagai masalah atau gejala yang serba kompleks dalam peristiwa sejarah.
Kedua, pendekatan multidimensional yang bertumpu pada penggunaan konsep dan teori ilmu sosial paling tepat untuk memahami gejala atau masalah yang kompleks itu. Ketiga, dengan bantuan teori-teori ilmu sosial, yang menunjukkan hubungan antara faktor (inflasi, pendapatan nasional, pengangguran, dan sebagainya), maka pernyataan-pernyataan mengenai masa silam dapat dirinci, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Keempat, teori dalam ilmu sosial biasanya berkaitan denga struktur umum dalam kenyataan sosio-historis. Karena itu, teori-teori tersebut dapat digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan yang mempunyai jangkauan luas. Bila teori tersebut  diandalkan dan dipercaya, maka dengan menggunakan teori itu pengkajian sejarah juga dapat diandalkan seperti halnya ilmu-ilmu sosial yang terbukti kesahihan studinya. Dengan cara ini, pengkajian sejarah yang dihasilkan tidak lagi dominan dengan subjektifitas, yang sering dialamatkan kepadanya.
Studi yang menggunakan pendekatan ini akan melahirkan karya sejarah yang semakin antropologis (anthropological history) dan sejarah yang sosiologis (sosiologycal history).
Meskipun penggunaan Kelima, studi sejarah tidak terbatas pada pengkajian hal-hal informatif tentang “apa”, “siapa”, “kapan”, “dimana”, dan “bagaimana”, tapi juga ingin melacak berbagai struktur masyarakat (sosiologi), pola kelakuan (antropologi), dan lain sebagainya.
Ilmu-ilmu sosial sangat penting, namun terdapat pula kalangan yang justru sebaliknya atau kontra dengan cara berpikir semacam itu. Keberatan mereka juga didasarkan pada beberapa pemikiran. Pertama, bahan sumber sejarah sering tidak lengkap, sehingga kurang memberi pegangan untuk menerapkan teori-teori ilmu sosial. Kedua, sering pendekatan sosio-historis disalahkan memotong kekayaan historis, karena ia hanya menaruh minat pada segi-segi tertentu dari masa silam yang dikaji dengan bantuan-bantuan ilmu-ilmu sosial. Alhasil, masa silam tidak dapat dipaparkan seutuhnya. Ketiga, pengkajian tradisional lebih mampu menampilkan suatu pemandangan mengenai masa silam daripada suatu pendekatan sosio-ekonomis yang hanya membeberkan angka-angka statistik. Dalam konteks ini, maka pendekatan hermeneutika memang lebih berhasil melukiskan wajah masa lalu. Keempat, pendekatan terhadap masa silam yang menggunakan teori-teori ilmu sosial hanya dapat digunakan sejauh dapat diandalkan. Kesahihan teori-teori sosial sering disanksikan. Sebab ia sering berpangkal pada pandangan-pandangan hidup, ideologi-ideologi politik atau modern yang sedang berlaku.
Terlepas dari pro dan kontra pengkajian sejarah menggunakan teori-teori ilmu sosial, namun patut direnungkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini hampir sudah sulit dibedakan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya. Pendekatan interdisipliner kini sangat dominan mewarnai wacana perkembangan ilmu peengetahuan. Sejarah sebagai salah satu bidang ilmu tidak seharusnya menarik diri dari fenomena itu, melainkan harus mampu bermain ditengahnya, sehingga tidak dianggap himpunan pengetahuan masa lalu semata, tanpa bisa memberikan konstribusi bagi pembangunan kehidupan manusia, sebagaimana visi sebuah ilmu pengetahuan.
Mengacu pada pemikiran tersebut, selanjutnya dikemukakan beberapa ilmu sosial dalam persinggungannya dengan studi sejarah. Lima disiplin yang dijelaskan yaitu: ilmu politik, antropologi, sosiologi, ekonomi, dan psikologi.
a.       Hubungan Imu Sejarah dengan Ilmu politik.
Sejarah adalah deskriptif kronologis peristiwa dari zaman silam. Sejarah merupakan penghimpunan kejadian- kejadian konkret di masa lalu. Ilmu politik tak terbatas pada apa yang terdapat dalam sejarah. Mengetahui sejarah politik suatu Negara belum memberikan gambaran yang tepat tentang keadaan politik negera itu di masa lampau dan masa yang akan datang. Sejarah hanya mencatat apa yang pernah terjadi, sedang ilmu politik disamping menyelidiki apa yang pernah terjadi, juga apa yang kini sedang berlangsung dan mengadakan ramalan hari depan suatu masyarakat, ditinjau dari segi politik.
Politik membutuhkan sejarah dan hampir semua peristiwa historis adalah peristiwa politik. Ilmu politik memperkaya materinya dengan peristiwa sejarah, mengadakan perbandigan dari buku-buku sejarah. Sejarah merupakan gudang data bagi ilmu politik. Sejarah adalah riwayat hidup ummat manusia, Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari peradaban manusia. Melalui pelajaran ini segala ide- ide, kesuksesan dan peradaban manusia dikupas. Disini pula kita mengetahui kejadian- kejadian dahulu, gerak- gerik dan penyebab dimana memiliki timbal- baliknya pula.
Disejarah juga terdapat pembahasan perkembangan ekonomi, sosial, agama, para cendekiawan, pergerakan artistik, perkembangannya dan juga membahas pertumbuhan dan kemunduran negara, organisasi dan sebab kegagalan mereka. Ilmu sejarah sangat dekat hubungannya dengan Ilmu politik: Professor Seely mengatakan: Sejarah tampa ilmu politik laksana pohon tampa buah, sedangkan ilmu politik tampa sejarah bagaikan pohon tampa akar, dapat disimpulkan keduanya sangat berhubungan dekat. Freeman mengemukakan histori atau sejarah adalah politik masa dahulu, sedangkan politik adalah sejarah dimasa kini.
Beberapa fakta sejarah seperti yang dikatakan oleh Appadorai bahwa terdapat bagian dasar dari ilmu politik, dimana fakta- fakta sejarah memberikan kita materi mentah dari ilmu politik. Maka bagaimanakah kita mengolah mentah tersebut sehingga bermanfaat bagi kita.
Point- point diatas menberikan kita informasi tentang asal- usul barang- barang berharga dari ilmu sejarah, kemajuan dan kemunduran negara disertai segala problema yang terjadi dalam prinsip bernegara. Studi banding dari institusi dan politik yang baik pada masa lalu membantu kita untuk memahami permasalahan dimasa kini. Tiap- tiap masyarakat sudah pasti menghadapi suatu permasalahan, baik secara langsung dimana berakar dimasa dahulu kala, contohnya: kita memiliki warisan dari nenek moyang kita seperti: kastaisme, perkauman, dan sifat kedaerahan. Mempelajari ilmu sejarah dengan sendirinya akan membawa wawasan kita bahkan menolong kita dalam menyelesaikan fakta dasar dari permasalahan yang ada.
Ilmu politik akan samar bila tidak disertai dengan sejarah, dimana sejarah juga akan terlihat pincang bila tidak diiringi dengan ilmu politik. Kedua ilmu tersebut memiliki suatu keterkaitan yang tidak mungkin dipisahkan. Lebih jelasnya setiap sejarah pasti diiringi dengan sang hero atau nama- nama pemikir terdahulu, dimana ilmu politik mengupas segala bidang perkembangan suatu negara, dimana hal ini dikategorikan sebagai sejarah.
Seperti diterangkan di atas, sejak dahulu kala ilmu politik erat hubunganya dengan sejarah dan filsafat. Sejarah merupakan alat yang paling penting bagi ilmu politik, oleh karena menyumbang bahan, yaitu
data dan fakta dari masa lampau, untuk diolah lebih lanjut.Dalam buku pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah Sartono menuliskan “Politik adalah sejarah masa kini dan sejarah adalah politik masa lampau. Sejarah identik dengan politik, sejauh keduannya menunjukkan proses yang mencakup keterlibatan para aktor dalam interaksi dan peranannya dalam usaha memperoleh apa, kapan, dan bagaimana.
b.      Hubungan Ilmu Sejarah dengan Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi dan sejarah itu sama-sama termasuk kedalam ilmu sosial, yaitu ilmu yang membahas interaksi manusia dan lingkungannya. Itulah kenapa di SMP pelajaran ekonomi dan sejarah digabung. Karena berasal dari rumpun ilmu yang sama, terkadang materinyapun berkaitan bahkna terkadang tumpang-tindih. Misalnya, pada materi perdagangan internasional, di sejarah juga ada. Di sejarah disebutkan bahwa bangsa Eropa pergi ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah. Dengan belajar dari masa lalu (sejarah) kita juga dapat belajar supaya perekonomian dapat menjadi lebih baik.
Banyak kebijakan pemerintah kolonialmasa lalu yang dilandasi oleh kepentingan ekoomi. Misalnya, untuk memahami sejarah perdagangan rempah-rempah di Nusantara pada abad XVI sampai abad XVIII, maka tidak dapat dipisahkan dari peran kongsi dagang Hindia Belanda Timur yakni VOC (Verenidge Oost Indische Compagnie).
Selain itu Terbentuknya jaringan navigasi atau transpoortasi perdagangan disatpihak dan pihak lain, serta jaringan daerah industri dan bahan mentah mengakibatkan munculnya suatu sistem global ekonomi. Lahirnya sistem global ekonomi tersebut memiliki implikasi yang sangat luas dan mendalam tidak hanya pada bidak ekonomi saja, tetapi erat hubungannya dengan bidang lain misalnya bidang politik.
Sepanjang masa modern, yaitu lebih kurang sejak 1500, kekuatan-kekuatan ekonomis yang sentripetal mengarah ke pemusatan pasar dan produksi ke Eropa Barat, suatu pola perkembangan yang hingga Perang Dunia II masih tampak. Dari pertumbuhan ekonomi global yang kompleks itu menurut Kartodirdjo (1992:137) dapat diekstrapolasikan beberapa tema penting antara lain :
·         Proses perkembangan ekonomi (economic development) dari sistem agraris ke sistem industrial, termasuk organisasi pertanian, pola perdagangan, lembaga-lembaga keuangan, kebijaksanaan komersial, dan pemikiran (ide) ekonomi.
·         Pertumbuhan akumulasi modal mencakup peranan pertanian, pertumbuhan penduduk, dan peranan perdagangan internasional.
·         Proses industrialisasi beserta soal-soal perubahan sosialnya.
·         Sejarah ekonomi yang bertalian erat dengan permasalahan ekonomi, seperti halnya kenaikan harga, konjungtur produksi agraris, ekspansi perdagangan, dan sebagainya.
Dengan melihat hal-hal diatas, maka jelas bahwa komplektifitas sistem ekonomi dengan sendirinya menuntut pula pendekatan ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi, ilmu politik, dan lain sebagainya. Selanjutnya dalam perkembangan sejarah ekonomi mengalami pula diferensisasi dan subspesialisasi, antara lain dengan timbulnya sejarah pertanian, sejarah kota, sejarah bisnis, sejarah perburuhan, sejarah formasi kapital.
c.       Hubungan Ilmu Sejarah dengan Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan aspek-aspek dinamis yang ada didalamnya, secara tidak langsung kita dapat menemukan bahwa objek kajian antara sosiologi dan ilmu sejarah tidak jauh berbeda, naun ilmu sejarah membatasinya dengan konsep ruang dan waktu. Sebagai sesama ilmu sosial yang kajiannya tidak jauh berbeda maka tidak sulit kita menemukan hubungan-hubungan keilmuan antara ilmu sejarah dengan sosiologi. Pada beberapa dasawarsa terakhir ini banyak sekali hasil-hasil penelitian sosiologi berupa studi sosiologis yang memfokuskan studinya pada geja;a-gejala sosial yang terjadi dimasa lampau (supardan, 2008:325), dengan memasukkan konsep ruang tadi maka dapat kita lihat bahwa kajian tersebut jelas menggunaka beberapa konsep dari ilmu sejarah untuk menjelaskan studi tersebut. Karya-karya seperti Pemberontakan Petani Kaya yang ditulis oleh Tilly, Perubahan Sosial Masa Revolusi Industri di Inggris karya Smelzer, sertaAsal Mula Sistem Totaliter dan Demokrasi karya Barrington Moore. Karya-karya tersebut sering disebut Sejarah Sosiologi. (Kartodirdjo dalam Supardan, 2008:325).
Sejarawan juga terkadang melakukan pendekatan sosiologis dalam melakukan penelitian, bahkan bisa dikatakan mulai terdapat kecenderungan penulisan sejarah, dari yang bersifat konvensional dan naratif kepada penulisan sejarah dengan kompleksitas tinggi, dimana sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya saling berketergantungan dalam melakukan sebuah pembahasan masalah.
Akhir-akhir ini sedang terjadi pula apa yang disebut sebagai gejala Rapprochement atau proses saling emendekat antara ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial. Metode kritis ini berkembang pesat sejak diciptakan oleh Mabilon sehingga terjadi inovasi-inovasi yang sangat penting dalam sejarah, yang mana dapat menyelamatkan sejarah dari “kemacetan” (Kartodirdjo, 1992:120).  Sebab jika dipandang dari titik sejarah konvensional, perubahab metodologi tersebut sangat revolusioner dengan meninggalkan model penulisan sejarah naratif. Dikatakan revolusioner karena ilmu sejarah lebih bergeser ke ilmu sosial. Kombinasi antara berbagai perspektif akan mampu mengekstrapolasikan interdependensi antara berbagai aspek kehidupan. Dalam hal ini, sejarawan tidak langsung berurusan dengan kausalitas, tetapi lebih banyak dengan kondisi-kondisi dalam berbagai dimensinya.
d.      Hubungan Ilmu Sejarah dengan Antropologi
Antropologi sebagai salah satu dari ilmu sosial memiliki kaitan dan sumbangan kepada ilmu sejarah begitu juga sebaliknya. Dalam penulisan sejarah , sejarawan tidak jarang menggunakan teori dan konsep ilmu sosial lain, termasuk antropologi. Sejarawan banyak meminjam konsep antropologi diantaranya adalah simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris. Sementara itu, sumbangan ilmu sejarah terhadap antropologi adalah, sejarah sebagai kritik, permasalahan sejarah, dan pendekatan sejarah. Titik temu antara antropologi budaya dan ilmu sejarah sangatlah jelas. Keduanya mempelajari tentang manusia. Bila ilmu sejarah menggambarkan kehidupan manusia dan masyarakat pada masa lampau, maka gambarah itu juga mencakup unsur-unsur kebudayaannya. Unsur-usur itu antara lain, kepercayaan, mata pencaharian, dan teknologi.
e.       Hubungan Ilmu Sejarah dengan Psikologi
Ilmu psikologi sangat berkaitan dengan mental dan kejiwaan mausia. Manusia yang menjadi objek kajian sejarah tidak hanya sekedar dijelaskan mengenai tindakan yang dilakukan dan apa yang ditimbulkan dari tindakan itu? Mengapa seseorang melakukan tindakan itu ? Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan kondisi kejiwaan yang bersangkutan. Kondisi itu dapat disebabkan oleh rangsangan dari luar atau lingkungannya, dapat pula dari dalam dirinya sendiri. Penggunaan psikologi dalam ilmu sejarah, melahirkan fokus kajian sejarah mentalitas.

Dalam cerita sejarah, aktor atau pelaku sejarah senantiasa mendapat sorotan yang tajam, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Sebagai aktor individu tidak lepas dari peranan faktor-faktor internal yang bersifat psikologis, motivasi, minat, konsep diri, dan sebagainya yang selalu berinteraksi dengan faktor-faktor eksternal yang bersifat sosiologis, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial budaya, dan sebagainya. Begitupun dalam aktor yang bersifat kelompok menunjukkan aktivitas kolektif, yaitu suatu gejala yang menjadi objek khusus psikologi sosial. Dalam berbagai peeristiwa sejarah, perilaku kolektif sangat mencolok, antara lain sewaktu ada huru hara, masa mengamuk (mob), gerakan sosial, atau protes yang revolusioner, semuanya menuntut penjelasan berdasarkan psikologidari motivasi, sikap, dan tindakan kolektif (Kartodirdjo, 1992:139). Disitulah psikologi berperan untuk megungkap beberapa faktor tersembunya sebagai bagian dari proses mental.