BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jika kita merenung secara mendalam maka
kita akan mengetahui bahwa setiap manusia pasti memiliki masa lalu. Masa lalu
yang pantas untuk dikenang, baik yang menyenangkan maupun yang membuat manusia
sedih dalam hidupnya. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dan
seterusnya yang telah dilewati oleh manusia merupakan bagian dari masa lalu.
Catatan-catatan mengenai masa lalu yang kita lewati sering disebut dengan
istilah Sejarah.
Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab,
yaitu dari kata syajara dan syajarah. Syajara berarti terjadi dan syajarah
berarti pohon yang kemudian diartikan sebagai silsilah. Syajarah dalam arti
silsilah berkaitan dengan babad, tarikh (Latin), history (Inggris), histoire
(Perancis), geschiedenis (Belanda), dan lain sebagainya. Kata syajarah yang
telah diubah menjadi sejarah masuk kedalam perbendaharaan bahasa Indonesia
melalui bahasa Melayu. Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat
kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal-usul keturunan
(terutama untuk raja yang memerintah). Pada umumnya sejarah dikenal sebagai
informasi mengenai kejadian masa lampau.
Sebagai cabang ilmu pengetahuan,
mempelajari sejarah berarti mempelajari dan menerjemahkan informasi dari
catatan-catatan yang dibuat oleh orang perorang, keluarga, dan komunitas.
Pengetahuan akan sejarah melingkupi: pengetahuan akan kejadian-kejadian yang
sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara hisoris. Dahulu,
pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari Ilmu Budaya
(Humaniora). Akan tetapi, sekarang ini sejarah lebih sering dikategorikan
sebagai ilmu sosial, terutama bila menyangkut peruntutan sejarah secara
kronologis. Ilmu sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungandengan
manusia di masa lalu. Sejarah dibagi menjadi kedalam beberapa sub dan bagian
khusus lainnya seperti kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan
klimotrik.
Sejarah sebagai salah satu ilmu sosial
sudah sepantasnya penulis pelajari karena penulis menempuh pendidikan tinggi
dijurusan yang bernaung dibawah Fakultas Ilmu Sosial. Penulis juga merasa perlu
mengetahui berbagai hal menarik mengenai ilmu sejarah karena selain mempelajari
masalalu sejarah juga akan menuntun kita dalam menapaki masa depan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
penulis paparkan diatas, maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan yaitu
sebagai berikut:
1.
Bagaimana hubungan
sejarah dengan ilmu sosial lainnya ?
2.
Apa manfaat sejarah bagi
ilmusosial lain ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang penulis ingin capai
dalam penulisan dan penyusunan makalah ini antara lain:
1.
Untuk mengetahui sejarah
dan perkembangan ilmu sejarah.
2.
Untuk mengetahui
hubungan sejarah dengan ilmu sosial lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hubungan Ilmu Sejarah dengan Ilmu Sosial lainnya
Selain mempunyai ilmu bantu dalam keilmuannya, sejarah juga menjalin
hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya, terutama sesama ilmu sosial. Dalam hubungan
ini yang terjadi adalah hubungan yang saling membutuhkan, disinilah letak
perbedaannya dengan konsep ilmu bantu sejarah, dimana sejarah yang lebih
dominan dalam membutuhkan bantuan guna mengungkap ssuatu permasalahan, lebih
tepatnya kita dapat menyebutnya dengan kombinasi dari dua ilmu sosial.
Perkembangan Ilmu Sejarah pasca perang dunia II menunjukkan kecederungan
kuat untuk mempergunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam kajian sejarah.
Dasar pemikirannya adalah bahwa: pertama, sejarah
deskriptif-deskriptif sudah tidak memuaskan lagi untuk menjelaskan berbagai
masalah atau gejala yang serba kompleks dalam peristiwa sejarah.
Kedua, pendekatan multidimensional yang bertumpu pada
penggunaan konsep dan teori ilmu sosial paling tepat untuk memahami gejala atau
masalah yang kompleks itu. Ketiga, dengan bantuan teori-teori
ilmu sosial, yang menunjukkan hubungan antara faktor (inflasi, pendapatan
nasional, pengangguran, dan sebagainya), maka pernyataan-pernyataan mengenai
masa silam dapat dirinci, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Keempat, teori dalam ilmu sosial biasanya berkaitan
denga struktur umum dalam kenyataan sosio-historis. Karena itu, teori-teori
tersebut dapat digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan yang mempunyai
jangkauan luas. Bila teori tersebut diandalkan dan dipercaya, maka dengan
menggunakan teori itu pengkajian sejarah juga dapat diandalkan seperti halnya
ilmu-ilmu sosial yang terbukti kesahihan studinya. Dengan cara ini, pengkajian
sejarah yang dihasilkan tidak lagi dominan dengan subjektifitas, yang sering
dialamatkan kepadanya.
Studi yang menggunakan pendekatan ini akan melahirkan karya sejarah yang
semakin antropologis (anthropological history) dan sejarah yang sosiologis
(sosiologycal history).
Meskipun penggunaan Kelima, studi sejarah tidak terbatas pada pengkajian
hal-hal informatif tentang “apa”, “siapa”, “kapan”, “dimana”, dan “bagaimana”,
tapi juga ingin melacak berbagai struktur masyarakat (sosiologi), pola kelakuan
(antropologi), dan lain sebagainya.
Ilmu-ilmu sosial sangat penting, namun terdapat pula kalangan yang justru
sebaliknya atau kontra dengan cara berpikir semacam itu. Keberatan mereka juga
didasarkan pada beberapa pemikiran. Pertama, bahan sumber sejarah
sering tidak lengkap, sehingga kurang memberi pegangan untuk menerapkan
teori-teori ilmu sosial. Kedua, sering pendekatan sosio-historis
disalahkan memotong kekayaan historis, karena ia hanya menaruh minat pada
segi-segi tertentu dari masa silam yang dikaji dengan bantuan-bantuan ilmu-ilmu
sosial. Alhasil, masa silam tidak dapat dipaparkan seutuhnya. Ketiga,
pengkajian tradisional lebih mampu menampilkan suatu pemandangan mengenai masa
silam daripada suatu pendekatan sosio-ekonomis yang hanya membeberkan
angka-angka statistik. Dalam konteks ini, maka pendekatan hermeneutika memang
lebih berhasil melukiskan wajah masa lalu. Keempat, pendekatan
terhadap masa silam yang menggunakan teori-teori ilmu sosial hanya dapat
digunakan sejauh dapat diandalkan. Kesahihan teori-teori sosial sering
disanksikan. Sebab ia sering berpangkal pada pandangan-pandangan hidup,
ideologi-ideologi politik atau modern yang sedang berlaku.
Terlepas dari pro dan kontra pengkajian sejarah menggunakan teori-teori
ilmu sosial, namun patut direnungkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dewasa
ini hampir sudah sulit dibedakan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu
lainnya. Pendekatan interdisipliner kini sangat dominan mewarnai wacana
perkembangan ilmu peengetahuan. Sejarah sebagai salah satu bidang ilmu tidak
seharusnya menarik diri dari fenomena itu, melainkan harus mampu bermain
ditengahnya, sehingga tidak dianggap himpunan pengetahuan masa lalu semata,
tanpa bisa memberikan konstribusi bagi pembangunan kehidupan manusia,
sebagaimana visi sebuah ilmu pengetahuan.
Mengacu pada pemikiran tersebut, selanjutnya dikemukakan beberapa ilmu
sosial dalam persinggungannya dengan studi sejarah. Lima disiplin yang
dijelaskan yaitu: ilmu politik, antropologi, sosiologi, ekonomi, dan psikologi.
a.
Hubungan Ilmu Sejarah
dengan Ilmu politik.
Sejarah adalah deskriptif kronologis
peristiwa dari zaman silam. Sejarah merupakan penghimpunan kejadian- kejadian
konkret di masa lalu. Ilmu politik tak terbatas pada apa yang terdapat dalam
sejarah. Mengetahui sejarah politik suatu Negara belum memberikan gambaran yang
tepat tentang keadaan politik negera itu di masa lampau dan masa yang akan
datang. Sejarah hanya mencatat apa yang pernah terjadi, sedang ilmu politik
disamping menyelidiki apa yang pernah terjadi, juga apa yang kini sedang
berlangsung dan mengadakan ramalan hari depan suatu masyarakat, ditinjau dari
segi politik.
Politik membutuhkan sejarah dan hampir
semua peristiwa historis adalah peristiwa politik. Ilmu politik memperkaya
materinya dengan peristiwa sejarah, mengadakan perbandigan dari buku-buku
sejarah. Sejarah merupakan gudang data bagi ilmu politik. Sejarah adalah riwayat
hidup ummat manusia, Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari peradaban manusia.
Melalui pelajaran ini segala ide- ide, kesuksesan dan peradaban manusia
dikupas. Disini pula kita mengetahui kejadian- kejadian dahulu, gerak- gerik
dan penyebab dimana memiliki timbal- baliknya pula.
Disejarah juga terdapat pembahasan
perkembangan ekonomi, sosial, agama, para cendekiawan, pergerakan artistik,
perkembangannya dan juga membahas pertumbuhan dan kemunduran negara, organisasi
dan sebab kegagalan mereka. Ilmu sejarah sangat dekat hubungannya dengan Ilmu
politik: Professor Seely mengatakan: Sejarah tampa ilmu politik laksana pohon
tampa buah, sedangkan ilmu politik tampa sejarah bagaikan pohon tampa akar,
dapat disimpulkan keduanya sangat berhubungan dekat. Freeman mengemukakan
histori atau sejarah adalah politik masa dahulu, sedangkan politik adalah
sejarah dimasa kini.
Beberapa fakta sejarah seperti yang
dikatakan oleh Appadorai bahwa terdapat bagian dasar dari ilmu politik, dimana
fakta- fakta sejarah memberikan kita materi mentah dari ilmu politik. Maka
bagaimanakah kita mengolah mentah tersebut sehingga bermanfaat bagi kita.
Point- point diatas menberikan kita informasi tentang asal- usul barang- barang berharga dari ilmu sejarah, kemajuan dan kemunduran negara disertai segala problema yang terjadi dalam prinsip bernegara. Studi banding dari institusi dan politik yang baik pada masa lalu membantu kita untuk memahami permasalahan dimasa kini. Tiap- tiap masyarakat sudah pasti menghadapi suatu permasalahan, baik secara langsung dimana berakar dimasa dahulu kala, contohnya: kita memiliki warisan dari nenek moyang kita seperti: kastaisme, perkauman, dan sifat kedaerahan. Mempelajari ilmu sejarah dengan sendirinya akan membawa wawasan kita bahkan menolong kita dalam menyelesaikan fakta dasar dari permasalahan yang ada.
Point- point diatas menberikan kita informasi tentang asal- usul barang- barang berharga dari ilmu sejarah, kemajuan dan kemunduran negara disertai segala problema yang terjadi dalam prinsip bernegara. Studi banding dari institusi dan politik yang baik pada masa lalu membantu kita untuk memahami permasalahan dimasa kini. Tiap- tiap masyarakat sudah pasti menghadapi suatu permasalahan, baik secara langsung dimana berakar dimasa dahulu kala, contohnya: kita memiliki warisan dari nenek moyang kita seperti: kastaisme, perkauman, dan sifat kedaerahan. Mempelajari ilmu sejarah dengan sendirinya akan membawa wawasan kita bahkan menolong kita dalam menyelesaikan fakta dasar dari permasalahan yang ada.
Ilmu politik akan samar bila tidak
disertai dengan sejarah, dimana sejarah juga akan terlihat pincang bila tidak
diiringi dengan ilmu politik. Kedua ilmu tersebut memiliki suatu keterkaitan
yang tidak mungkin dipisahkan. Lebih jelasnya setiap sejarah pasti diiringi
dengan sang hero atau nama- nama pemikir terdahulu, dimana ilmu politik
mengupas segala bidang perkembangan suatu negara, dimana hal ini dikategorikan
sebagai sejarah.
Seperti diterangkan di atas, sejak dahulu
kala ilmu politik erat hubunganya dengan sejarah dan filsafat. Sejarah
merupakan alat yang paling penting bagi ilmu politik, oleh karena menyumbang
bahan, yaitu
data dan fakta dari masa lampau, untuk
diolah lebih lanjut.Dalam buku pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah
Sartono menuliskan “Politik adalah sejarah masa kini dan sejarah adalah politik
masa lampau. Sejarah identik dengan politik, sejauh keduannya menunjukkan
proses yang mencakup keterlibatan para aktor dalam interaksi dan peranannya
dalam usaha memperoleh apa, kapan, dan bagaimana.
b.
Hubungan Ilmu Sejarah
dengan Ilmu Geografi
c.
Hubungan Ilmu Sejarah
dengan Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi dan sejarah itu sama-sama
termasuk kedalam ilmu sosial, yaitu ilmu yang membahas interaksi manusia dan
lingkungannya. Itulah kenapa di SMP pelajaran ekonomi dan sejarah digabung.
Karena berasal dari rumpun ilmu yang sama, terkadang materinyapun berkaitan
bahkna terkadang tumpang-tindih. Misalnya, pada materi perdagangan
internasional, di sejarah juga ada. Di sejarah disebutkan bahwa bangsa Eropa
pergi ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah. Dengan belajar dari masa lalu
(sejarah) kita juga dapat belajar supaya perekonomian dapat menjadi lebih baik.
Banyak kebijakan pemerintah kolonialmasa
lalu yang dilandasi oleh kepentingan ekoomi. Misalnya, untuk memahami sejarah
perdagangan rempah-rempah di Nusantara pada abad XVI sampai abad XVIII, maka
tidak dapat dipisahkan dari peran kongsi dagang Hindia Belanda Timur yakni VOC
(Verenidge Oost Indische Compagnie).
Selain itu Terbentuknya jaringan navigasi atau transpoortasi
perdagangan disatu pihak dan pihak lain, serta jaringan daerah industri
dan bahan mentah mengakibatkan munculnya suatu sistem global ekonomi. Lahirnya
sistem global ekonomi tersebut memiliki implikasi yang sangat luas dan mendalam
tidak hanya pada bidak ekonomi saja, tetapi erat hubungannya dengan bidang lain
misalnya bidang politik.
Sepanjang masa modern, yaitu lebih kurang
sejak 1500, kekuatan-kekuatan ekonomis yang sentripetal mengarah ke pemusatan
pasar dan produksi ke Eropa Barat, suatu pola perkembangan yang hingga Perang
Dunia II masih tampak. Dari pertumbuhan ekonomi global yang kompleks itu
menurut Kartodirdjo (1992:137) dapat diekstrapolasikan beberapa tema penting
antara lain :
·
Proses perkembangan
ekonomi (economic development) dari sistem agraris ke sistem industrial,
termasuk organisasi pertanian, pola perdagangan, lembaga-lembaga keuangan,
kebijaksanaan komersial, dan pemikiran (ide) ekonomi.
·
Pertumbuhan akumulasi
modal mencakup peranan pertanian, pertumbuhan penduduk, dan peranan perdagangan
internasional.
·
Proses industrialisasi
beserta soal-soal perubahan sosialnya.
·
Sejarah ekonomi yang
bertalian erat dengan permasalahan ekonomi, seperti halnya kenaikan harga,
konjungtur produksi agraris, ekspansi perdagangan, dan sebagainya.
Dengan melihat hal-hal diatas, maka jelas
bahwa komplektifitas sistem ekonomi dengan sendirinya menuntut pula pendekatan
ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi, ilmu politik, dan lain
sebagainya. Selanjutnya dalam perkembangan sejarah ekonomi mengalami pula
diferensisasi dan subspesialisasi, antara lain dengan timbulnya sejarah
pertanian, sejarah kota, sejarah bisnis, sejarah perburuhan, sejarah formasi
kapital.
d.
Hubungan Ilmu Sejarah
dengan Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang masyarakat dan aspek-aspek dinamis yang ada didalamnya, secara tidak
langsung kita dapat menemukan bahwa objek kajian antara sosiologi dan ilmu
sejarah tidak jauh berbeda, naun ilmu sejarah membatasinya dengan konsep ruang
dan waktu. Sebagai sesama ilmu sosial yang kajiannya tidak jauh berbeda maka
tidak sulit kita menemukan hubungan-hubungan keilmuan antara ilmu sejarah
dengan sosiologi. Pada beberapa dasawarsa terakhir ini banyak sekali
hasil-hasil penelitian sosiologi berupa studi sosiologis yang memfokuskan
studinya pada geja;a-gejala sosial yang terjadi dimasa lampau (supardan,
2008:325), dengan memasukkan konsep ruang tadi maka dapat kita lihat bahwa
kajian tersebut jelas menggunaka beberapa konsep dari ilmu sejarah untuk
menjelaskan studi tersebut. Karya-karya seperti Pemberontakan Petani
Kaya yang ditulis oleh Tilly, Perubahan Sosial Masa Revolusi
Industri di Inggris karya Smelzer, sertaAsal Mula Sistem Totaliter
dan Demokrasi karya Barrington Moore. Karya-karya tersebut sering
disebut Sejarah Sosiologi. (Kartodirdjo dalam Supardan, 2008:325).
Sejarawan juga terkadang melakukan
pendekatan sosiologis dalam melakukan penelitian, bahkan bisa dikatakan mulai
terdapat kecenderungan penulisan sejarah, dari yang bersifat konvensional dan
naratif kepada penulisan sejarah dengan kompleksitas tinggi, dimana sejarah dan
ilmu-ilmu sosial lainnya saling berketergantungan dalam melakukan sebuah
pembahasan masalah.
Akhir-akhir ini sedang terjadi pula apa
yang disebut sebagai gejala Rapprochement atau proses saling emendekat antara
ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial. Metode kritis ini berkembang pesat sejak
diciptakan oleh Mabilon sehingga terjadi inovasi-inovasi yang sangat penting
dalam sejarah, yang mana dapat menyelamatkan sejarah dari “kemacetan”
(Kartodirdjo, 1992:120). Sebab jika dipandang dari titik sejarah
konvensional, perubahab metodologi tersebut sangat revolusioner dengan
meninggalkan model penulisan sejarah naratif. Dikatakan revolusioner karena
ilmu sejarah lebih bergeser ke ilmu sosial. Kombinasi antara berbagai
perspektif akan mampu mengekstrapolasikan interdependensi antara berbagai aspek
kehidupan. Dalam hal ini, sejarawan tidak langsung berurusan dengan kausalitas,
tetapi lebih banyak dengan kondisi-kondisi dalam berbagai dimensinya.
e.
Hubungan Ilmu Sejarah
dengan Antropologi
Antropologi sebagai salah satu dari ilmu
sosial memiliki kaitan dan sumbangan kepada ilmu sejarah begitu juga
sebaliknya. Dalam penulisan sejarah , sejarawan tidak jarang menggunakan teori
dan konsep ilmu sosial lain, termasuk antropologi. Sejarawan banyak meminjam
konsep antropologi diantaranya adalah simbol, sistem kepercayaan, folklore,
tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris.
Sementara itu, sumbangan ilmu sejarah terhadap antropologi adalah, sejarah
sebagai kritik, permasalahan sejarah, dan pendekatan sejarah. Titik temu antara
antropologi budaya dan ilmu sejarah sangatlah jelas. Keduanya mempelajari
tentang manusia. Bila ilmu sejarah menggambarkan kehidupan manusia dan
masyarakat pada masa lampau, maka gambarah itu juga mencakup unsur-unsur
kebudayaannya. Unsur-usur itu antara lain, kepercayaan, mata pencaharian, dan
teknologi.
Hubungan
ini dapat dilihat karena kedua disiplin ini memiliki persamaan yang menempatkan
manusia sebagai subjek dan objek kajiannya, lazimnya mencakup berbagai
dimensi kehidupan. Denga demikian, disamping memiliki titik perbedaan, kedua
disiplin itu pun memiliki persamaan. Bila sejarah membatasi diri pada
penggambaran suatu peristiwa sebagai proses dimasa lampau sebagai cerita secara
“sekali terjadi”, hal ini tidak termasuk bidang kajian antropologi. Namun jika
penggambaran ilmu sejarah menampilkan suatu masyarakat dimasa lampau dengan
berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, politik, religi, dan kesenian maka
gambaran tersebut mencakup unsur-unsur kebudayaan masyarakat. Dalam hal itu ada
persamaan bahkan tumpang tindih antara sejarah dan antropologi (Kartidirdjo,
1992:153). Antropolog terkemuka Evans-Pritchard mengemukakan bahwa Antropologi
adalah sejarah. Karena antropologi mempelajari objek yang sama dengan
sejarah, yaitu tiga jenis fakta yang terdiri atas artifact, sosiofact, dan
mentifact, dimana semuanya adalah produk historis dan hanya dapat dijelaskan
eksistensinya dengan melacak sejarah perkembangannyaa (Kartodirdjo, 1992:153).
f.
Hubungan Ilmu Sejarah
dengan Psikologi
Ilmu psikologi sangat berkaitan dengan
mental dan kejiwaan mausia. Manusia yang menjadi objek kajian sejarah tidak
hanya sekedar dijelaskan mengenai tindakan yang dilakukan dan apa yang
ditimbulkan dari tindakan itu? Mengapa seseorang melakukan tindakan itu ?
Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan kondisi kejiwaan yang bersangkutan.
Kondisi itu dapat disebabkan oleh rangsangan dari luar atau lingkungannya,
dapat pula dari dalam dirinya sendiri. Penggunaan psikologi dalam ilmu sejarah,
melahirkan fokus kajian sejarah mentalitas.
Dalam cerita sejarah, aktor atau pelaku
sejarah senantiasa mendapat sorotan yang tajam, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok. Sebagai aktor individu tidak lepas dari peranan faktor-faktor
internal yang bersifat psikologis, motivasi, minat, konsep diri, dan sebagainya
yang selalu berinteraksi dengan faktor-faktor eksternal yang bersifat
sosiologis, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial budaya, dan
sebagainya. Begitupun dalam aktor yang bersifat kelompok menunjukkan aktivitas
kolektif, yaitu suatu gejala yang menjadi objek khusus psikologi sosial. Dalam
berbagai peeristiwa sejarah, perilaku kolektif sangat mencolok, antara lain
sewaktu ada huru hara, masa mengamuk (mob), gerakan sosial, atau protes yang
revolusioner, semuanya menuntut penjelasan berdasarkan psikologidari motivasi,
sikap, dan tindakan kolektif (Kartodirdjo, 1992:139). Disitulah psikologi
berperan untuk megungkap beberapa faktor tersembunya sebagai bagian dari proses
mental.
B.
Kegunaan Sejarah Untuk Ilmu-Ilmu Sosial
Kegunaannya yaitu:
1.
Sejarah sebagai kritik
terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial
Contohnya: Buku the religion of china yang ditulis
oleh Max Weber, Buku Kal Wittfogel, oriental despotism, yang berisi
teori tentang hydraulic society.
2.
Permasalahan sejarah
dapat menjadi permasalahan ilmu sosial
Contohnya: Soedjito Sosrodihardjo menulis tentang struktur masyarakat
Jawa, Buku Barrington Moore, Jr., Social Origins of Dictatorship
and Democracy: Lord and Peasant in the Making of the Modern World.
3.
Pendekatan sejarah yang
bersifat diakronis menambah dimensi baru pada ilmu-ilmu sosial yang sinkronis.
Contohnya: Buku Clifford Geertz, yang berjudul Agricultural
Involution: The Process of Ecological Change in Indonesia dan The
Social History of an Indonesian Town
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Ilmu sejarah memiliki pengertian sebagai rekonstruksi masa lalu. Beberapa
konsep yang dikembangkan dalam ilmu sejarah, antara lain perubahan, peristiwa,
sebab akibat, nasionalisme, kemerdekaan, kolonialisme, revolusi, fanatisme,
komunisme, peradaban, perbudakan, waktu, feminisme, liberalisme, dan
konservatisme. Selain itu, teori-teori yang ada dalam ilmu sejarah antara lain
teori gerak siklus sejarah Ibnu Khaldun, teori daur kultural spiral
Giambattista Wittfogel, teori perkembangan sejarah dan masyarakat Karl Marx,
dan teori feminisme Wollstonecraft. Di dalam penulisan sejarah, diperlukan
adanya generalisasi, periodisasi, dan kronologi. Sejarah banyak memberikan
manfaat bagi yang mempelajarinya dan mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat.
Kegunaan sejarah menurut Notosusanto (1979:4-10) yang pertama adalah fungsi
edukatif, yaitu sejarah mengajarkan kebijaksanaan dan , yang kedua adalah
fungsi inspiratif, maksudnya ketika kita belajar sejarah, maka kita akan
mendapatkan inspiratif ataupun ilham. Ketiga adalah fungsi instruktif, yaitu
belajar sejarah dapat membawa kita pada salah satu kejuruan ataupun
keterampilan. Dan yang terakhir yaitu fungsi rekreasi adalah dalam belajar
sejarah kita akan mendapatkan kesenangan dan keindahan.
Dengan demikian, keberadaan sejarah akan lebih penting dari hanya sekedar
pemuas rasa ingin tahu masyarakat akan tetapi juga akan menjadi suatu yang
sangat penting bagi orientasi partisipasi yang bermakna untuk kehidupan
manusia.
Pengertian sejarah yang setelah dilihat secara umum dari para ahli ialah
memiliki makna sebagai cerita, atau kejadian yang benar-benar telah terjadi
pada masa lalu. Dalam perkembangannya, ilmu sejarah mempunya sejarah yang
dimulai dari tulisan-tulisan sejarah di Eropa, pertama kali muncul dalam bentuk
puisi, dan didalam perkembangannya itu terdapat konflik para sejarawan tentang
penulisan dan isi dari sejarah hingga munculnya dua kebagkitan kembali unsur
lama dalam ilmu sejarah, yakni kebangkitan kembali politik dan narasi.
Bersamaan dengan perkembangannya, maka ilmu sejarah memiliki hubungan dengan
ilmu-ilmu sosial lainnya yaitu dalam subjek kejiannya, yang dapat dilihat dari
sosiologi, antropologi, politik, ekonomi, dan psikologi. Karena pembahasan ilmu
sejarah meliputi masyarakat dimasa lalu yang berupa peristiwa yang unik dan
mengubah hidup masyarakat tersebut. Maka ilmu-ilmu sosial dan sejarah saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
B.
Saran
Seperti yang telah kita ketahui, sejarah mempunyai arti penting dalam
kehidupan kita, salah satunya adalah dibidang pedidikan, dimana kita bisa
memperoleh ilmu serta pengetahuan, yang dapat kita jadikan sebuah hikmah baik
yang positif maupun yang negatif sekalipun. Untuk nilai-nilai yang positif
yakni keberhasilan-keberhasilan yang sudah kita peroleh, kita pertahankan dan
tingkatkan lagi, dan sebaliknya. Untuk nilai-nilai yang negatif,
kesalahan-kesalahan yang telah terjadi dimasa lampau, hendaknya tidak terulang
lagi. Seperti yang kerap kita dengar. “belajarlah dari kesalahan dimasa lalu”
yang memiliki makna bahwa hendaknya kita selalu senantiasa belajar dari
kejadian-kejadian dimasa lalu, agar kehidupan kita menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Gazalba, S. 1996. Pengantar
Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: BharataraKarya Aksara.
Hamid, ABD dan Muhammad. 2011.
Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Supardan, D. 2007. Pengantar Ilmu
Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
BAB I